Untuk menghasilkan tembakau srinthil harus didukung Teknik budidaya sesuai baku teknis serta kondisi cuaca yang sesuai selama pertumbuhan, panen dan pasca panennya. Apabila kondisi cuaca selam pertumbuhan, panen dan pasca panen, yaitu antara bulan Mei hingga oktober optimal (relative kering dengan sedikit hujan cukup untuk kebutuhan tanaman), maka peluang untuk menghasilkan tembakau srinthil menjadi semakin besar. Curah hujan yang semakin banyak umumnya akan menghasilkan turunnya kualitas tembakau yang dihasilkan.
Daun yang dapat menghasilkan mutu srinthil adalah daun posisi tengah hingga daun daun atas dari tanaman tembakau yang ditanam pada lahan dengan ketinggian diatas 800 m dpl. Cara pengolahan tembakau srinthil pada dasarnya sama dengan pengolahan tembakau rajangan temanggung pada umumnya. Hanya saja setelah pemeraman pada hari kelima muncul tanda-tanda tembakau akan menjadi srinthil, seperti tumbuhnya jamur berwarna yang dikenal sebagai puthur kuning, melunaknya jaringan daun disertai keluarnya cairan dan aroma yag harum, adanya penurunan tinggi tumpukan tembakau yang diperam (mimpes, jawa) serta retak-retak urat daun. Apabila tanda-tanda tersebut muncul, maka pemeraman akan dilanjutkan. Semakin tinggi potensi potensi tembakau untuk menjadi tembakau srinthil mutu tertinggi dengan kelas mutu tertinggi dengan kelas muti I atau K maka pemeraman menjadi semakin lama.
Produksi tembakau temanggung antara 700 kg/ha sampai 800 kg/ha. Dari produksi tersebut apabila cuaca dan pemeliharaan tanaman mendukung untuk munculnya mutu srinthil yang dapat dihasilkan hanya sekitar 50 kg/ha – 100 kg/ha. Dari jumlah tersebut mutu srinthil yang dihasilkan masih bervariasi, dari mutu E sampai H atau I. harga jual dari tembakau mutu srinthil sangat dipengaruhi oleh tingkat mutu yang dicapai, namun sampai saat ini harga masih ditentukan oleh pabrik rokok.
KRITERIA KEMASAKAN DAUN
Kriteria daun telah masak optimal dapat dilihat dari wujud fisik karena cara ini cukup praktis sehingga lebih mudah dikerjakan, yaitu dengan melihat perubahan warna daun dari hijau menjadi hijau kekuningan, kemudian permukaan daun berubah menjadi berbentol-bentol (brontok, jawa).
Perubahan warna daun dari hijau menjadi hijau kekuningan sebagai akibat dari degradasi klorofil, diikuti dengan dengan munculnya warna kuning dari karoten dan santofil yang semula tertutup oleh keberadaan klorofil didalam sel. Secara fisik daun yang telah masak dapat dibedakan dengan daun yang belum masak berdasarkan kriteria sebagai berikut :
- Pada daun atas daun pucuk, daun telah berwarna kuning kuning dengan bercak-bercak seperti mozaik. Mozaik warna kuning sebenarnya adalah bagian lamina diantara tulang daun yang mengalami senescene (penuaan) lebih dahulu dibanding bagian lain.
- Kedudukan daun yang belum masak lebih tegak dibandinkan dibandingkan daun yang sudah masak.
Semakin tinggi lokasi penanaman tembakau, proses kemasakan daunnya memerlukan waktu lebih lama. Hal ini karena intensitas matahari dan suhu udara yang rendah menyebabkan degradasi klorofil lebih lambat. Tembakau temanggung varietas kemloko yang ditanam pada ketinggian lebih dari 800 m dpl, panen pertama baru dapat dimulai sekitar 90 hari setelah tanam, sedangkan lama panen sekitar 45-60 hari.
Kemasakan daun juga dipengaruhi oleh kesuburan tanaman. Semkain subur tanahnya menjadikan kandungan klorofil dalam daun lebih tinggi sehingga umur panen menjadi leih lama. Kandungan klorofil yang tinggi menjadikan menyebabkan degradasi berikutnya semakin Panjang. Selan itu kemaskan daun juga sangat dipengaruhi oleh varietasnya. Varietasnya merupakan pembawa karakteristik tanaman termasuk kecepatan masaknya daun.
PANEN?
Daun yang dapat menghasilkan srinthil adalah daun-daun atas, biasanya daun eksepuluh keatas. Cara pemetikan dilakukan bertahap dengan memilih daun yang tepat masak. Pemetikan dilakukan antara lima sampai tujuh kali dengan selang waktu 2-7 hari. Setiap kali dipetik 2-3 lembar daun, sehingga daun yang berpotensi menjadi srinthil adalah daun petikan kelima hingga ketujuh. Semakin keatas jumlah daun yang dipetik setiap kali panen semakin banyak. Makin keatas posisi daun pada batang, makin Panjang selang waktu pemetikannya. Hal tersebut karena daun atas yang tebal mengandung banyak klorofil sehingga memerlukan waktu degradasi yang lebih lama.
Tingkat kemasakan dan posisi daun yang dipanen mempunyai kaitan erat dengan mutu tembaka rajangan yang dihasilkan. Untuk memperoleh mutu yang baik perlu dilakukan pemisahan posisi daun sejak pemetikan. Waktu pemetikan dilakukan antara pukul 09.00 sampai pukul 11.00 pagi atau saat daun tembakau sudah terbebas dari embun yang menempel pada permukaan daun. Pemetikan dapat juga dilakukan sore hari sekitar pukul 16.00 – 18.00 saat intensitas matahari sudah menurun. Daun yang masih basah akan mudah memar, patah atau sobek. Gesekan pada saat pengangkutan akan memudahkan daun menjadi lecet. Setelah daun dipetik segera dibawa ketempat teduh dan segera dilakukan pemeraman.
Materi dapat didownlod di sini
Ditulis : Sumarno, SP. KJF Dintanpangan Kabupaten Temanggung
Sumber : Buku Persyaratan Permohonan Indikasi Geografis Tembakau Srinthil