Tembakau Temanggung diolah menjadi tembakau rajangan. Mutu yang diperoleh dipengaruhi oleh posisi daun pada batang, semakin tinggi posisi daunnya, semakin tinggi juga mutunya. Makin tinggi posisi daunnya, makin tinggi juga kadar nikotinnya.
Selain posisi daun, ketinggian tempat penanaman juga sangat besar pengaruhnya terhadap mutu yang dihasilkan. Tembakau Temanggung ditanam dilahan dengan ketinggian 600 m dpl hingga 1.600 m dpl. Perbedaan ketinggian tempat berpengaruh besar terhadapa umur tanaman tembakau. Semakin tinggi tempatnya, umur tanaman menjadi semakin panjang. Semakin panjang umur tanaman tembakau, maka waktu untuk mengakumulasi nikotin dalam daun juga semakin panjang. Keadaan tersebut mempengaruhi kadar nikotin dalam daun tembakau.
Tembakau yang disebut dengan srinthil hanya dapat terjadi di daerah dengan ketinggian di atas 800 m dpl. Akan tetapi tidak semua tempat dapat menghasilkan srinthil. Berdasarkan penuturan petani, khususnya penghasil srinthil, mutu istimewa tersebut hanya dapat terjadi bila cuaca selama musim tanam tembakau sangat kering. Pada kondisi demikian daun yang berpotensi menjadi mutu srinthil, dapat diketahui setelah diperam 5 hari. Ciri-ciridaun tersebut adalah berubah warna menjadi coklat kehitaman, tumbuhnya puthur (semacam hifa jamur berwarna kuning) dan mengeluarkan cairan dan aroma seperti alkohol. Daun tembakau yang diperam tersebut tidak busuk, bila dirajang tidak menghasilkan struktur seperti serat, tetapi menjadi hancur menggumpal, bila telah kering berwarna coklat kehitaman sampai hitam cerah dan mengkilat.
Beberapa peneliti pasca panen mengamati pada tembakau yang sedang diperam tersebut tumbuh beberapa macam mikroorganisme semacam jamur yang berwarna kuning, yang oleh petani disebut sebagai puthur kuning. Usaha untuk membuat mutu srinthil dengan memanfaatkan mikroorganisme tersebut (setelah diisolasi, inokulasi dan disemprotkan) tidak berhasil, karena mikroorganisme tersebut tidak berkembang. Berdasarkan informasi dari para penghasil srinthil, varietas yang dapat menjadi srinthil adalah Kemloko; Kemloko 1 dan 2. Sedangkan daerah – daerah yang bisa menghasilkan srinthil adalah Desa Legoksari, Losari, Pagergunung, Pagersari, Tlilir, Wonosari, Bansari, Wonotirto, Banaran, Gandu, Gedegan dan Kemloko.
Karakteristik dan Kualitas Tembakau Srinthil Temanggung
Pada pembuatan sigaret kretek, tembakau dikelompokan sebagai bahan pemberi rasa atau “lauk” dan bahan pengisi atau “nasi”. Tembakau rajangan temanggung merupakan tembakau merupakan tembakau pemberi rasa atau lauk. Sebagai bahan pemberi rasa, tembakau rajangan temanggung mempunyai potensi penting sehingga mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan tembakau jenis lain.
Mutu tembakau rajangan temanggung adalah tembakau srinthil. Oleh sebab itu petani tembakau temanggung setiap tahun berharap dapat menghasilkan mutu srinthil karena mempunyai harga yang tinggi, melalui perbaikan teknik budidaya (terutama dalam penggunaan pupuk, perbaikan cara panen dan pengolahan). Namun demikian juga terjadi upaya pemalsuan melalui berbagai cara, antara lain dengan memberi pewarna dan bahan lainnya yang dapat dikategorikan sebagai Non Tobacco Related Material (NTRM).
Mutu tembakau srinthil Temanggung terdiri dari beberapa tingkatan yang dimulai dari mutu E hingga K, namun demikian untuk mutu H, I, J dan K saat ini sudah sulit untuk dihasilkan. Karena mutu tertinggi tembakau srinthil sulit dihasilkan, maka petani yang dapat menghasilkan mutu H, I, J dan K seolah-olah mendapat berkah atau ndaru rigen.
Fisik
Padilla dalam Abdallah (1970) mendefinisikan bahwa mutu tembakau adalah gabungan dari sifat fisik, organoleptik dan kimia, yang menyebabkan tembakau tersebut sesuai atau tidak untuk tujuan pemakaian tertentu. Mutu tembakau juga didefinisikan sebagai gabungan semua sifat kimia dan organoleptik yang dapat ditransformasi oleh perusahaan, pedagang atau perokok yang secara ekonomis dan ditinjau dari rasa yang diterima (Manuel Lianos Company, 1985).
Tso (1972) menyatakan bahwa mutu mempunyau sifat relatif, yang dapat berubah karena pengaruh selera atau subyektifitas orang, waktu dan tempat. Berdasarkan batasan-batasan tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu ditentukan oleh perbedaan kepentingan masing-masing pihak sesuai dengan tujuan berdasarkan aspek fisik, kimia dan sensori. Penilaian karakteristik dan kualitas tembakau Srinthil Temanggung secara fisik harus dilakukan bersaman dengan pengujian organoleptik.
Kimia
Penentuan keaslian, karakteristik dan kualitas tembakau Srinthil Temanggung terutama dengan menggunakan indikator kandungan nikotin. Kadar kandungan nikotin pada masing-masing mutu tembakau Temanggung tersaji dalam tabel1. berikut :
Tabel 1. Mutu dan Kadar Nikotin Tembakau Temanggung
Hasil analisis Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Balitas Malang) pada tahun 2013 terhadap contoh tembakau Srinthil Temanggung dari sepuluh daerah pengambilan contoh ternyata memiliki kadar nikotin bervariasi antara 5,05 % sampai 7,58 %.
Tabel 2. Hasil Analisa Kadar Nikotin Tembakau Srinthi dari Beberapa Daerah Temanggung
Organoleptik
Dalam transaksi jual beli, penentuan mutu dilakukan dengan uji sensori atau organoleptik yang didasarkan pada kenampakan warna, pegangan dan aroma. Cara lain dalam penilaian mutu adalah dengan uji secara kimia, tetapi cara uji tersebut masih belum ada kesepakatan tentang komponen kimia apa yang dapat menggambarkan mutu tembakau srinthil. Cara penilaian mutu dengan uji secara kimia juga memerlukan waktu lama dan biaya yang cukup mahal, sedangkan transaksi harus dilakukan secepatnya.
Penilaian mutu secara organoleptik dilakukan pada kondisi cahaya matahari yang cukup, yaitu anatara pukul 07.00 sampai 16.00 WIB. Jika pada saat penilaian mutu, kondisi cuaca mendung (kurang sinar) maka dapat menyulitkan penetapan mutunya sehingga dapat merugikan penjual atau pembelinya.
Kriteria mutu yang dinilai terlebih dahulu adalah warna, meliputi warna dasar (value) dan tingkat kecerahannya (chroma) yang ditentukan secara visual. Dari warna tembakau dapat diperkirakan tingkat kemasakan daun sewaktu panen, baik buruknya proses pemeraman, tingkat kemasakan daun pada saat dirajang, sempurna atau tidaknya proses pengeringan, serta posisi daun pada batang. Warna tembakau harus cukup cerah, jangan sampai kusam / “kusai”. Semakin tinggi mutu tembakau, warnanya semakin cerah atau bercahaya.
Menurut LeCompte dalam Tso (1972) pada masing-masing tingkat mutu tembakau Connecticut terdapat perbedaan kandungan jumlah pigmen, terutama pigmen kuning dan hijau. Pada tembakau temanggung bermutu rendah yang berasal dari daun posisi bawah berwarna hijau kekuningan cerah, makin tinggi mutunya, warnanya menjadi semakin hitam berkilau sampai hitam nyamber lilen (hitam berkilat).
Karena warna tembakau dapat berubah seiring dengan waktu, terutama untuk posisi daun bawah sampai tengah, maka gudang-gudang pembelian menghendaki proses jual beli dari petani dilakukan sesegera mungkin setelah tembakau tersebut kering. Tembakau yang tidak segera dijual umumnya dihargai sangat rendah karena grader (penilai mutu dari pabrikan) mengalami kesulitan dalam menentukan status mutunya akibat terjadi perubahan warna.
Cara penilaian selanjutnya, tembakau dipegang (digenggam) untuk mengetahui bodinya atau tingkat kesupelannya. Pengertian bodi menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan pegangan, yaitu ketebalan daun, keantepan, kekenyalan, kelekatan dan keberminyakan. Semakin supel atau berbodi, tembakau semakin berisi, yaitu suatu keadaan yang menunjukan semakin baik mutu tembakaunya. Beberapa petani melakukan manipulasi untuk memperbaiki tingkat kesupelan tersebut dengan memberikan bahan aditif berupa gula (tepung gula). Cara tersebut tidak dikehendaki oleh konsumen karena dapat merusak mutu tembakau pada waktu fermentasi digudang penyimpanan sebelum tembakau tersebut diproses untuk rokok.
Tabel 3. Spesifikasi Mutu Tembakau Srinthil Temanggung (SNI : 01-4101-1996,diolah)
Materi dapat diunduh disini
Ditulis : Sumarno, SP. KJF Dintanpangan Kabupaten Temanggung